PROFIL KOTA BAUBAU SULAWESI TENGGARA
Kota Baubau
atau Buton merupakan salah satu di Provinsi Sulawesi Tenggara. Kota Baubau
teletak diatas Pulau Buton. Pulau Buton dikenal sebagai penghasil aspal
terbesar di Indonesia dan dengan benteng kraton terluas se-dunia yang
dimilikinya. Ya kali ini kita akan mengenal lebih dekat mengenai kota Baubau
Sulawesi Tenggara.
Deskripsi
Wilayah
Secara
geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa di antara 5.21° – 5.33°
Lintang Selatan dan di antara 122.30° – 122.47° Bujur Timur atau terletak di
sebelah Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Luas Kota Baubau adalah 293,18 km²
yang sebelumnya terjadi perubahan dikarenakan adanya reklamasi pantai di Kota
Baubau. Kota Baubau terdiri dari 8 kecamatan dengan luas wilayah per kecamatan
sebagai berikut :
1.
Betoambari
dengan luas kawasan 31,40 km²,
2.
Murhum
dengan luas kawasan 6,09 km²,
3.
Batupoaro
dengan luas kawasan 1,68 km²,
4.
Wolio
dengan luas kawasan 33,56 km²,
5.
Kokalukuna
dengan luas kawasan 16,85 km²,
6.
Sorawolio
dengan luas kawasan 111 km²,
7.
Bungi
dengan luas kawasan 59,29 km², dan
8.
Lea-lea
dengan luas kawasan 33,40 km².
Kota Baubau berbatasan dengan Selat Buton disebelah
utara dan dengan kabupaten Kecamatan Pasar Wajo, Kabupaten Buton di
sebelah selatan, Kecamatan Kadatua, Kabupaten Buton Selatan di sebelah barat dan
Kecamatan Kapontori di sebelah timur.
Gambaran Konstelasi Wilayah
Wilayah
Kota Baubau adalah wilayah kepulauan yang luas dibanding pulau lainnya yang
berada di Provinsi Sulawesi Tenggara. Kota Baubau berdasarkan RTRW merupakan Pusat
pelayanan kota yang berfungsi sebagai pusat Pertanian
tanaman pangan, Holtikultura, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, Perikanan,
Pertambangan, Pendidikan, Kesehatan, dan Pariwisata. Yang kemudian
dibagi menjadi 3 Pusat Pelayanan Kota yaitu Pusat Pelayanan Kota, Sub Pusat
Pelayanan Kota, dan Pusat Lingkungan Kota.
Dengan Pusat Pelayanan Kota yang berada di Kelurahan Wale,
Kecamatan Wolio dengan fungsi pelayanan sebagai pusat pusat pelayanan kegiatan
perdagangan dan jasa serta perhubungan laut.
Kemudian Sub Pelayanan Kota di Kota Baubau sebagai berikut :
1. Sub Pusat Pelayanan Kota I berada di
Kelurahan Wameo Kecamatan Murhum memiliki fungsi sebagai sub pusat pelayanan
pemerintahan, perdagangan dan jasa.
2.
Sub
Pusat Pelayanan Kota II berada di Kelurahan Katobengke Kecamatan Betoambari
memiliki fungsi sebagai sub pelayanan pemerintahan tingkat Kota Baubau
pendidikan tinggi, Bandar udara, pariwisata, depot BBM dan perumahan.
3.
Sub
Pusat Pelayanan Kota III berada di Kelurahan Waruruma Kecamatan Kokalukuna
memiliki fungsi sebagai Sub Pusat Pelayanan pemerintahan, industri pariwisata,
perikanan, industri pengelohan, perdagangan, pergudangan dan permukiman.
4.
Sub
Pusat Pelayanan Kota IV berada di Kelurahan Liabuku Kcematan Bungi memiliki
fungsi sebagai sub pelayanan pemerintahan, perumahan, pertanian tanaman pangan,
dan kehutanan.
5.
Sub
Pusat Pelayanan Kota V berada di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio
memiliki fungsi sebagai sub pelayanan pemerintahan, perumahan, pertanian,
perkebunanm kehutanan dan pertambangan.
6. Sub Pusat Pelayanan Kota VI berada di
Kelurahan Lowu-lowu Kecamatan Lea-lea dan Kelurahan Kolese memiliki fungsi
sebagai sub pelayanan perumahan, perikanan, fasilitas olahraga dan prasarana
energi/listrik.
Pusat
Pelayanan Lingkungan Kota Baubau sebagai berikut :
1. Pusat lingkungan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (2) huruf c berperan sebagai pusat pelayanan skala
lingkungan.
2.
Pusat
lingkungan Kota Baubau berada di Kelurahan Bataraguru sebagai pusat pelayanan perdagangan
dan jasa.
3.
Pusat
lingkungan Kota Baubau berada di Kelurahan Nganganaumala sebagai pusat Lingkungan
perdagangan dan jasa.
4.
Pusat
lingkungan Kota Baubau berada di Kelurahan Lipu sebagai pusat pelayanan pemerintahan,
pendidikan dan permukiman.
5.
Pusat
lingkungan Kota Baubau berada di Kelurahan Liwuto sebagai pusat pelayanan pemerintahan
dan pariwisata.
6.
Pusat
lingkungan Kota Baubau berada di Kelurahan Waliabuku sebagai pusat pelayanan pemerintahan,
pertanian.
7.
Pusat
lingkungan Kota Baubau berada di Kelurahan Karya Baru sebagai pusat pelayanan pertanian dan
perdagangan dan jasa.
8.
Pusat
lingkungan Kota Baubau berada di Kelurahan Kalialia sebagai pusat pelayanan perdagangan
dan jasa.
Fungsi Utama dan Pendukung yang
diarahkan
Berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Baubau Tahun 2011-2030. Tujuan penataan ruang Kota Baubau adalah Kota Baubau
sebagai kota perdagangan dan jasa yang nyaman, sejahtera, berbudaya, dan
berkelanjutan sebagai kota pesisir yang berwawasan lingkungan.
untuk
mewujudkan tujuan penataan ruang tersebut maka fungsi utama dan pendukung Kota
Baubau berdasarkan tujuan tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Pusat kegiatan yang memperkuat
kegiatan perdagangan, pariwisata, dan kegiatan kota lainnya secara optimal,
2.
Pemeliharaan
dan pelestarian fungsi kawasan lindung,
3.
Pengembangan
kawasan wisata dan pemeliharaan kawasan bersejarah,
4.
Pengembangan
kawasan permukiman,
5.
Pengembangan
sistem transportasi dalam rangka mendukung sistem pelayanan kegiatan kota,
6.
Pengembangan
sistem prasarana perkotaan lainnya,
7.
Pengembangan
sektor kelautan, dan
8. Peningkatan fungsi kawasan untuk
pertanahan dan keamanan negara.
Rona Kondisi Eksisting
·
Demografi
Jumlah penduduk Kota Baubau pada
tahun 2015 sebanyak 154.877 jiwa yang terdiri atas 76.395 jiwa penduduk
laki-laki dan 78.482 jiwa penduduk perempuan. Yang jika dibandingkan jumlah
penduduknya pada tahun 2014 Kota Baubau mengalami pertumbuhan sebesar 2,24
persen pada tahun 2015. Jumlah penduduk tersebut terdiri dari bebagai macam
suku dan ras didalamnya, diantaranya adalah Arab, Ambon, Tionghoa, Jawa, dan
Bugis yang telah lama datang di Kota Baubau. Sedangkan sebagian besar penduduk
Kota Baubau memiliki suku asli dari Kota Baubau ialah suku Buton yang merupakan
salah satu suku yang memiliki kesultanan yang disebut dengan kesultanan Buton.
·
Ekonomi
Pertambangan, Perdagangan, dan
Asuransi Keuangan merupakan beberapa sektor yang berperan penting bagi
perekonomian di Kota Baubau. Menurut Produk Daerah Regional Bruto (PDRB) Atas
Dasar Harga Konstan Kota Baubau tahun 2015 pada sektor pertambangan sebesar
13,25%, sektor perdagangan sebesar 12,78%, sektor asuransi 13,83%.
Selain beberapa sektor diatas, sektor
pariwisata di Kota Baubau juga ikut berkontribusi dalam mendorong pendapatan
daerah yang juga sebagai salah satu potensi unggulan di Kota Baubau yang
didukung dnegan adanya infrastruktur pendukung yang mendukung sektor pariwisata
tersebut, adanya hotel dan restoran yang dapat berkontribusi besar dalam perekonomian
di Kota Baubau, dimana Kota Baubau memang sangat memiliki berbagai macam
pariwisata baik wisata alam, wisata budaya dan wisata atraksi yang dimiliki
Kota Baubau. Pariwisata tersebut akan terus mengalami perkembangan setiap
tahunnya yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian daerah maupun
mensejahterakan Kota Baubau.
·
Sosial
Budaya
Pemerintah
Walikota Baubau :
Dr. H. A.S. Tamrin, MH
Wakil Walikota Baubau : WA ODE
MAASRA M., S.Sos. , M.Si
Kebudayaan
Kota Bau-Bau di Sulawesi Tenggara merupakan kawasan seribu pulau, seribu benteng dan istilah seribu lainnya. Pulau Buton (Kota Bau-Bau) secara geografis merupakan kawasan timur jazirah tenggara pulau Celebes/Sulawesi. Di Bau-Bau ada objek wisata dan bangunan bersejarah yang sangat terkenal, yakni Benteng Keraton Buton. Benteng tersebut merupakan peninggalan dari para leluhur dan kesultanan Buton pada abad itu. Sampai saat ini yang memiliki suku asli suku Buton masih menjaga peninggalan serta adat istiadat suku Buton. Suku Buton juga memiliki tarian adat diantaranya Tari Kambero sendiri yang merupakan tarian asli dari tanah Buton yang dilakonkan saat penerimaan tamu agung di kesultanan Buton pada masa lampau, Tari Kalegoa merupakan salah satu tari tradisional yang menggambarkan suka duka gadis-gadis Buton sewaktu dalam pingitan dengan spesifikasi berupa gerakan memakai sap tangan. Sudah menjadi suatu tradisi sejak zaman lampau seorang gadis yang menjelang dewasa haruslah menjalani masa Pingitan / Posuo. Selama 8 (delapan) hari 8 (delapan) malam. Posuo sebagai suatu arena tempaan adat bagi mereka yang diikat dengan aturan dan tata krama serta sopan santun yang ketat untuk meninggalkan masa kegadisan bebas dan gembira karena telah dewasa dalam tempaan serta siap menerima kenyataan hidup. Tarian tersebut masih dijaga dan dilestarikan oleh penduduk asli suku Buton yang berada di Kota Baubau.
Pariwisata
Baubau dapat dikatakan sebagai kota
wisata karena banyak objek wisata ditemui di daerah ini. Kunjungan wisata di
Kota Baubau dapat dibagi menjadi 2 jenis kunjungan utama, yaitu:
Wisata sejarah berupa
kunjungan wisata ke peninggalan sejarah dari Kesultanan Buton,
berupa:
·
Benteng Keraton
Buton dan Masjid Agung Keraton (Masigi
Ogena)
·
Masjid
Kuba dan Tiang
Bendera (Kasuluna Tombi)
·
Rumah
Adat (Malige), Badili (Meriam), Samparaja, Lawa dan
Baluara.
·
Pantai, yaitu Kamali, Nirwana, Lakeba dan Kokalukuna
·
Air terjun, di antaranya Tirtarimba, Samparona dan Lagaguna
·
Gua, yaitu Lakasa, Ntiti, dan Kaisabu
·
Pemandian alam Bungi yang menyuguhkan air
terjun bertingkat.
·
Perbukitan Kalampa yang terdapat di
kelurahan Lipu Kecamatan Betoambari yang berjarak 7 km dari pusat kota.
·
Bukit Palatiga, tempat wisatawan
melihat kota Baubau dengan leluasa dan pemandangan laut di sekitar perairan
selatan Buton.
Jalan
Raya
Jalan raya di
Kota Baubau memiliki panjang jalan tahun 2015
secara keseluruhan adalah 430,02 km, yang terdiri dari jalan beraspal
sepanjang 397,22 km, dan kerikil 32,80 km. Bila dilihat dari kondisinya, jalan
yang dalam kondisi baik sepanjang 242,42 km, 106,7 km dalam kondisi sedang,
80,29 km dalam kondisi rusak dan 0,61 dalam kondisi rusak berat.
Kota Baubau memiliki pelabuhan yang
bernama Pelabuhan Murhum yang terletak di Kelurahan Wale Kecamatan Wolio pada
koordinat 122°36’38,56” Bujur Timur dan 5°27’15,486” Lintang Selatan.
Posisi Pelabuhan Murhum dalam tatanan
kepelabuhanan nasional berdasarkan hierarki, peran dan fungsinya merupakan
pelabuhan nasional, yang mempunyai peran dan fungsi sebagai pelabuhan utama
tersier yang terhubung dengan pelabuhan-pelabuhan besar lainnya, seperti
Pelabuhan Makassar yang menjadi pelabuhan penghubung dengan kawasan barat
Indonesia, serta menjadi pelabuhan penghubung dengan kawasan Timur lainnya
seperti Pelabuhan Bitung, Pelabuhan Ambon, dan Sorong yang melayani kegiatan
dan alih muat angkutan dalam jumlah menengah, serta merupakan simpul dalam
jaringan transportasi tingkat provinsi.
Gambaran Potensi dan
Masalah
Masalah
Kota Baubau
1. Kondisi jalanan yang masih memiliki
banyak kerusakan disepanjang jalannya. Padahal seperti yang diketahui kota
Baubau atau Buton merupakan kota yang dikenal sebagai penghasil aspal terbesar
di Indonesia.
2. Dari segi ekonomi, ketersediaan
lapangan kerja juga masih kurang dalam menanggulangi adanya penggaguran di Kota
Baubau.
3. Dibidang periwisata, masih banyak
potensi-potensi pariwisata yang dapat dikembangkan lagi. Namun, aksesibilitas
menuju pariwisata tersebut masih sulit sehingga wisatawan yang datang ke
pariwisata tersebut kurang.
4. Jumlah arsip dalam wujud
digitalisasi/aplikasi teknologi informasi masih sedikit dan belum optimal dalam
penggunaannya.
Potensi
Kota Baubau
Kota Baubau merupakan Kota yang
terletak diatas Pulau Buton dengan kekayaan alam bawah laut yang sangat tinggi.
Tentunya Kota Baubau memiliki potensi yang sangat besar dengan tingginya
kekayaan alam bawah laut yang dimilikinya. Berikut ini potensi yang dapat
dikembangkan di Kota Baubau :
1.
Perikanan
Berbagai produksi perikanannya adalah ikan pelagis besar
(tuna, cakalang), pelagis kecil (julung – julung,laying, kembung), demersal
(sunu, kerapu, kakap, boronang, ekor kuning, lobter, pari, dan lain – lain),
serta hasil lainnya seperti cumi – cumi pulpen, teripang, kerang – kerang(biota
laut), benur, Eucheuma, Spinosum, dan sebagainya. Potensi tersebut
didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai seperti pabrik karagenan rumput
laut, pelabuhan laut, serta aksesibilitas dan pelabuhan udara.
2.
Potensi Budidaya Rumput Laut
Dengan garis pantai sepanjang ± 42 Km, Kota Baubau berpotensi
menjadi penghasil rumput laut. Disamping itu, wilayah sekitarnya yaitu perairan
Kabupaten Muna, Buton, Buton Utara, dan Bombana juga memiliki potensi sangat
besar sebagai produsen berbagai jenis rumput laut. Wilayah pengembangan budidaya rumput laut di Kota Baubau
tersebar pada berbagai kelurahan yang terletak di daerah pesisir, yaitu
Kelurahan Palabusa, Kalia – lia, Kolese dan Lowu – Lowu (Kecamatan Bungi),
Kelurahan Lakologou, Waruruma, Sukanaeyo, dan Liwuto (Kecamatan Kokalukuna),
Kelurahan Lakologou, Waruruma, Sukanaeyo, dan Liwuto (Kecamatan Kokalukuna),
Kelurahan Naganganaumala, Wameo, Tarafu, dan Bone - Bone (Kecamatan
Murhun),serta Kelurahan Katobengke, Lipu, dan Sulaa (Kecamatan Betoambari).
Luas areal perairan yang dapat di manfaatkan bagi pengembangan budidaya rumput
laut berkisar 960 Ha di sempajang garis pantai potensial, yaitu sekitar 9 km
untuk Kecamatan Murhum dan Betoambari. Namun demikian, hingga tahun 2007 lahan
perairan yang termanfaatkan baru sekitar 111,6 Ha. Jenis rumput laut yang dikembangkan terbatas pada Eucheuma Cottoni dan Eucheuma Spinosum.
3. Potensi
Budidaya Mutiara.
Ada dua jenis mutiara yang
kini dibudidayakan dan berkembang di Kota Baubau, yaitu Pinctada Maxima yang
menghasilkan mutiara bundar (roud pearl) dan jenis Pteria pengu yang
menghasilkan mutiara blister (haft pead)
4. Perdagangan
Kegiatan perdagangan yang
berlangsung di Kota Baubau mencakup perdagangan berskala lokal dan regional.
Komoditas yang diperdagangkan sebagai besar dari subsektor perikanan dan
perkebunan dengan tujuan utama pemasaran yaitu Kendari, Makassar, Surabaya dan
Jakarta, serta sebagai kecil dipasarkan ke Papua, Maluku, Nusatenggara, dan
Kalimatan.
5.
Perindustrian
Meskipun peranannya masih belum begitu dominan dalam
perekonomian daerah, namun melihat potensi posisi Kota Baubau yang strategis,
kegiatan industri memiliki peluang yang cukup besar untuk dikembangkan. Jenis
industri yang dominan yaitu industri pengolahan makanan dan minuman, pengolahan
hasil perikanan (pembekuan ikan dan pengalengan), industri pengolahan hasil
perkebunan dan kehutanan (penggergajian, meubel, dan gembol).
6.
Pariwisata
Kota Baubau memiliki potensi wisata dan daya tarik wisata
budaya dan wisata alam yang cukup representatif untuk dikembangkan. Selain
sebagai pusat pemerintahan, Kota Baubau juga sekaligus sebagai pusat Budaya
Kesultanan Buton sehingga menjadikan Kota Baubau memiliki obyek wisata dari
peninggalan sejarah dan kebudayaan yang sangat menarik bagi wisatawan lokal
maupun macananegara.
Berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kota Baubau, kawasan pariwisata dikelompokan menjadi 6 bagian yaitu :
1. Kota
Lama, sebagai pusat pelayanan wisata untuk Kota Bau – Bau dan sekitarnya serta
wisata budaya berbasis pada bangunan tradisional dan pantai sebagai penunjang,
dengan obyek wisata meliputi Pantai Kamali, Malige, Batu Puaro, dan Kota Lama.
2. Benteng,
sebagai kawasan wisata budaya, dengan obyek wisata meliputi Benteng Wolio dan
Benteng Sorawolio.
3. Pantai
sebagai kawasan wisata budaya alam berbasis pantai, dengan obyek wisata
meliputi Pantai Nirwana, Pantai Lakeba, Gua Lakasa, dan Gua Moko.
4. Bungi
sebagai kawasan wisata alam berbasis air terjun dan ekologi hutan dan pantai
dengan obyek wisata meliputi Air Terjun Bungi, Pantai Kokalukuna, Air Terjun
Tirta Rimba, dan Hutan Wakonti.
5. Samparona
sebagai kawasan wisata alam berbasis air terjun dan ekologi hutan dengan obyek
wisata meliputi Air Terjun Samparona dan Air Terjun Kantongara.
6. Pulau
Makassar sebagai kawasan wisata budaya berbasis pemukiman dan tata cara hidup
nelayan serta pantai sebagai penunjang, dengan obyek wisata meliputi pulau
makassar.
Sedangkan jumlah hotel yang ada di Kota Baubau pada tahun
2008 sebayak 32 buah, jumlah kamar 393 ruangan dan tempat tidur 618 buah.
Sedangkan banyaknya kamar dan tempat tidur pada hotel bintang dan non bintang
pada tahun 2008 yakni hotel bintang kamarnya 361 dan tempat tidur 562 buah.